Asap menanti Ruhut Sitompul


"Ayo, kejar Ruhut dong. Gue disuruh videoin dia," pinta salah seorang rekan.

Siang itu kami masih menunggu Ruhut Sitompul di bawah eskalator Lantai II Gedung DPR, Jakarta. Ditemani rokok, kopi dan makanan ringan, mata kami seolah-olah tak mau membiarkan kedatangan politisi Demokrat itu lolos dari pandangan. Kami menunggu dan akan terus menunggunya.

Rekan-rekan saya di berbagai media online disuruh meruning berita terkait sikapnya di Pilkada DKI 2017. Sebab berita tentang 'pembelotan' Ruhut dari Partai Demokrat terkait dukungan di Pilkada DKI 2017 jadi trending. Berita itu bahkan mengalahkan sidang Jessica, skandal dugaan suap Ketua DPD Irman Gusman dan kasus penipuan Kanjeng Taat Pribadi yang nota bene lagi hangat-hangatnya.

Ruhut dan partainya memang berbeda sikap terkait dukungan. Dia mendukung Basuki T Purnama-Djarot Syaiful Hidayat dan menolak untuk menjagokan Agus Trimurti Yudhoyono-Silvia Murni yang nota bene 'sedarah daging' dengannya. Di kubu Ahok-Djarot, pemeran Si Poltak Raja Minyak dalam serial Gerhana itu bahkan menjadi salah satu juru bicara.

Ruhut dituding tak loyal kepada partainya karena membela dan mendukung Ahok-Djarot. Ramai-ramai politisi Demokrat mengkritiknya. Namun apa jawab Ruhut? Dia mengaku SBY sebagai pimpinan umum tidak keberatan sedikitpun. SBY dinilainya sebagai bapak demokrasi yang tentu


"Jangan main-main sama aku. Jangan bangunin harimau tidur. Aku tetap loyal sama Pak SBY," ucap Ruhut.

Agak berang dikritik tapi Ruhut membiarkan saja tanpa meladeni lebih jauh. Dia tahu, apa itu resiko sebuah pilihan. Dia tahu apa resiko membela dan mendukung Ahok.

"Tapi jangan hina-hina aku. Semut pun kalau diinjak menggigit, apalagi Ruhut. Ruhut kan anjingnya Pak SBY, anjingnya partai," kata anggota Komisi III DPR itu.

Tiga puluh menit berlalu dan kepulan asap rokok kian bertebaran, Ruhut belum juga muncul. Kami coba mencarinya di ruang rapat Komisi III di mana dia biasa berada. Ruhut tidak terlihat batang hidungnya. Rasa penasaran kembali muncul, menunggu reaksi-reaksi terbaru Ruhut ketika dikritik sesama rekannya dari Demokrat.


Pilih Ahok atau SBY?

Ketika megaproyek Hambalang yang mangkrak dan dibangun di era SBY  mencuat gara-gara blusukan Presiden Jokowi beberapa waktu lalu, Ruhut berdiri di tengah-tengah. Dia tidak mau diadu domba oleh isu itu. Sebab pada Pilpres 2014, Ruhut merupakan juru bicara Jokowi-JK.

"Kalau Jokowi mau melanjutkan, kita enggak tahu dananya dari mana, silakan saja. Kita positif thinking saja. Kita tidak mau diadu domba," ujar Ruhut.

Beda sikapnya terhadap Ahok. Dialah yang terdepan membela Ahok ketika maju secara independen. Ruhut menyebut Ahok sebagai calon yang jujur dan bersih. Pula Ketika politikus di Senayan mengkritik kebijakan membongkar kawasan porsitusi kelas teri Kalijodo, Ruhut lagi-lagi membela. Ahok pantas diberi penghargaan, itu kata Ruhut.

Resiko dipecat sebagai kader Partai Demokrat bisa terjadi pada Ruhut. Tidak itu saja, nasib keanggotaa DPR bisa saja terancam. Lalu apa kata Ruhut? Setelah dipercaya menjadi jubir tim pemenangan Ahok-Djarot, Ruhut Sitompul berencana mundur dari DPR dan melepas jabatannya di Demokrat. Ruhut menegaskan, keputusan untuk mundur itu berasal dari inisiatif pribadi dan tanpa dorongan siapa pun.

"Kalau perlu harus mundur ya mundur. Itu dari diri aku. Tapi sebagai kader partai aku ingin tetap di Demokrat," kata Ruhut di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (5/10).

Seperti apa kiranya nasib Ruhut? Kita nantikan babak selanjutnya. Dengan asap rokok di bibir, kami tetap menantinya...





Comments

Popular posts from this blog

NTT miskin, masih maukah jadi PNS?

Gereja Ayam, simbol kebangkitan pribumi

Belajar laptop, cerita anak di perbatasan Timor Leste